Advokasi Bengkel APPeK
Rendahnya Tingkat Keterpilihan Caleg Perempuan di Provinsi NTT
- Details
- By Tim Media Bengkel Appek
- Hits: 2712
Hasil Pemilu Legislatif tanggal 09 April 2014 belum menunjukkan hasil positif bagi para caleg perempuan. Sekalipun dari segi kuota, target 30% perempuan untuk setiap parpol dalam pencalonan anggota DPRD Propinsi NTT periode 2014-2019 dipenuhi oleh setiap parpol peserta pemilu. Data menunjukkan bahwa terdapat 35,78% (268 caleg perempuan) dalam daftar pencalonan anggota DPRD NTT periode 2014 – 2019 dari total 749 orang, sedangkan caleg laki- laki sebesar 64,22 % (481 orang). Namun dari segi keterpilihan masih sangat rendah. Caleg Perempuan yang terpilih menjadi Anggota DPRD Propinsi NTT periode 2014 – 2019 sebanyak 6 orang (9,23%) dari 65 orang. Jumlah ini meningkat dari periode 2009 – 2014 sebesar 7,27% (4 orang) dari 55 anggota DPRD Propinsi NTT. Jika dilihat dari komposisi caleg secara keseluruhan terdapat 2,23% caleg perempuan terpilih dari jumlah caleg perempuan sebanyak 268 orang, dan/ atau 0,80% dari total caleg DPRD Propinsi NTT sebanyak 749 orang (dapat dilihat dan didownload pada: http://www.bengkelpemilu.org/profil/resources/category/1-survey-dan-analisis.html).
Hal ini diungkapkan oleh peneliti dari Bengkel APPeK NTT, Bung Laurens Sayrani, dalam materinya “Kondisi Keterpilihan Caleg Perempuan di NTT” dalam acara Diskusi Publik “Keterpilihan Caleg Perempuan dalam Pileg 2014” yang diselenggarakan atas kerjasama Bengkel APPeK NTT dan TAF Norwegia di Hotel Aston Kupang, tanggal 12 Juni 2014. Bung Laurens memaparkan juga bahwa jika dilihat Dapil DPRD NTT, maka Caleg perempuan banyak dipilih oleh para pemilih di Dapil 3 (kabupaten se-pulau Sumba) sebesar 20,78%, kemudian di Dapil 4 (Kab. Manggarai, Mabar & Matim) = 19,33% dan Dapil 6 (Kab. Alor, Flotim & Lembata) = 19,32%. Dari 6 (enam) orang caleg terpilih masing- masing berasal Partai Nasdem (1 orang dari 8 orang caleg partai terpilih), PKB (1 orang dari 5 orang caleg partai terpilih), PDIP (1 orang dari 10 orang caleg partai terpilih), Partai Golkar (1 orang dari 11 orang caleg partai terpilih), PAN (1 orang dari 5 orang caleg partai terpilih) dan Partai Hanura (1 orang dari 5 orang caleg partai terpilih). Caleg perempuan terpilih paling banyak berasal dari Dapil 3 sebesar 20% (2 orang) dari 10 orang calon terpilih, dan di Dapil 4 sebesar 18,18% (2 orang) dari 10 orang calon terpilih. Sedangkan 2 caleg lainnya berasal dari Dapil 5 sebesar 9,09% dari 11 orang calon terpilih, dan Dapil 8 sebesar 16,67% dari 6 orang caleg terpilih.
Secara spesifik, situasi ini muncul karena beberapa faktor antara lain pemilih lebih melihat bahwa caleg laki-laki pada umumnya memiliki kualitas, pengalaman dan jaringan yang luas. Selain itu, secara umum banyak yang mengakui bahwa pengaruh budaya dan tingkat kepercayaan terhadap perempuan dalam dunia politik berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam mewakili atau memperjuangkan aspirasi masyarakat. Bahkan perempuan sendiri, banyak yang tidak memilih caleg perempuan.
Analisis Situasi: Kota Kupang dan Kabupaten Belu
Menyikapi tingkat keterpilihan caleg perempuan di NTT dalam Pileg tahun 204 ini, maka Tim Bengkel APPeK melakukan survey di wilayah Kota Kupang dan Kab. Belu tentang Kecenderungan Memilih di Kota Kupang dan Kabupaten Belu. Survey ini hanya sekedar memetakan beberapa hasil yang dianalisis dari jumlah perolehan suara yang direkap oleh KPU. Sekalipun survey ini belum merupakan suatu representatif pemilih di Kota Kupang dan Kabupaten Belu, namun menjadi gambaran untuk mendukung analisis perolehan suara caleg perempuan di 2 wilayah ini. Alasan di ambil wilayah Kota Kupang dan Kabupaten Belu, karena di Kota Kupang terdapat 4 orang caleg perempuan terpilih (12,5%) dari total 40 anggota DPRD Kota Kupang sedangkan di Kab. Belu tercatat 14 orang caleg perempuan terpilih (35%) dari total 40 orang caleg DPRD Kabupaten Belu yang terpilih.
Hasil survey menunjukkan bahwa terdapat 67% responden di Kota Kupang memilih Caleg Laki-laki dan 33% memilih caleg perempuan, sedangkan di Kab. Belu sebanyak 58% responden menyatakan memilih caleg laki-laki dan 42% memilih caleg perempuan. Situasi di kedua wilayah ini cukup menarik bahwa di Kota Kupang laki-laki yang memilih laki-laki tinggi sedangkan perempuan yang memilih perempuan tidak terlalu banyak, sedangkan di Belu perempuan yang memilih perempuan presentasinya lebih tinggi dari pada perempuan memilih laki-laki (dapat dilihat dan didownload pada: http://www.bengkelpemilu.org/profil/resources/category/1-survey-dan-analisis.html).
Apa alasan yang memilih caleg perempuan? Faktor figur (kepribadian, personal, kedekatan, relasi keseharian) menjadi alasan seorang caleg perempuan dipilih. Sedangkan alasan orang memilih caleg laki-laki antara lain karena kedekatan – kedekatan atau relasi personal yang sangat penting. Sepertinya laki-laki dilihat dari kemampuan intelektual dan kemampuan komunikasi, tampak bahwa kemampuan berpolitik laki-laki dianggap baik dari perempuan, sehingga orang menganggap perempuan belum mampu. Situasi-situasi ini merupakan gambaran bahwa perhatian terhadap caleg perempuan secara normatif atau regulatif, belum didukung oleh realitas kaderisasi, kualitas dan pendidikan politik bagi caleg perempuan sehingga mereka memiliki posisi tawar untuk dipilih para pemilih (all)