Selamat Datang di Website Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung

Advokasi Bengkel APPeK

Sistem dan Infrastruktur Politik Harus Dibenahi (Akhir Catatan Diskusi Terbatas Pilkada Serentak)

Minimnya keikutsertaan rakyat melirik kekuasaan menjadi pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam pelaksanaan pilkada serentak saat ini menunjukan kelesuhan demokrasi. Kelesuhan demokrasi ini terjadi karena adanya pembiayaan yang sangat mahal yang harus dikeluarkan oleh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Pembiayaan ini berupa biaya operasional untuk mendapatkan legitimasi “pintu masuk” dari partai politik. Rentang jenjang pengambilan keputusan partai politik dari tingkat desa sampai tingkat pusat membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tinggi. Belum lagi untuk pembiayaan pengorganisasian team sukses dan kampanye pada tahapan sosialisasi. Selain itu, pos lain yang harus dibiayai adalah pengadaan alat peraga kampanye (APK) dan pembiayaan saksi pada saat pemungutan suara. Itu nyata yang terlihat dan terjangkau publik. Belum lagi mahar yang disebut-sebut dimainkan segelintir elit yang berada dibalik panggung. Jumlahnya sangat fantastis, melampaui jumlah yang bisa terekam atau yang dilaporkan kepada penyelenggara pemilu. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi kelesuhan demokrasi saat ini adalah adanya regulasi penyelenggaran yang rumit dan berubah-ubah.

Peserta Diskusi Terbatas Menakar Kulaitas Pilkada, 19/08/2015

Realitas lain yang juga selalu menjadi sorotan publik adalah praktek politik uang. Praktek politik uang selalu terjadi di setiap momentum politik. Seperti udara, praktek politik uang tidak dapat dilihat tetapi sungguh terasa. Politik uang lahir dari spirit pemilu ketika infrastruktur politik di negeri ini masih lemah. Partai politik tidak mampu memainkan perannya secara maksimal dalam melakukan rekruitmen politik, agregasi kepentingan dan penyelesaian konflik yang ada ditengah masyarakat. Akibatnya partai politik dan calon-calonnya harus mencari instrumen yang menghubungkannya dengan masyarakat. Caranya adalah dengan membajak institusi-institusi sosial dengan uang. Bentuk konsolidasi politik dalam pemilu termaksud pemilihan serentak masih berada di area pembajakan infrastruktur dan konstitusi sosial.

Gugatan atas eksistensi partai kader tidak heran kalau kemudian dilontarkan. Nyatanya, jargon partai kader yang digelorahkan hampir sebagian besar pengurus partai politik selama ini masih sebatas pemanis bibir untuk menarik simpati rakyat. Alhasil, banyak kader partai politik tidak bisa dicalonkan karena elektabilitasnya yang rendah. Sudah tentu, elektabilitas yang rendah dikarenakan karena kurang pedulinya kader partai dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan. Kepentingan rakyat bukan menjadi nomor satu yang harus diperjuangkan. Partai hanya dimanfaatkan sebagai sarana merebut kekuasaan. Ini yang kemudian memperkuat sinyalir bahwa demokrasi masih menjadi milik elit partai dan bukan miliknya rakyat.

Ruang keterlibatan kelompok-kelompok sosial masyarakat dalam pelaksanaan pilkada juga masih belum terbuka. Afirmasi pencalonan yang berprespektif gender misalnya belum terasa. Di NTT contohnya, kelompok perempuan lebih besar menjadi peserta yang pasif. Tidak ada kader perempuan yang dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah. Padahal proporsi jumlah penduduk menempatkan perempuan jauh lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

Kedepan, kita butuh sistem dan infrastruktur politik memadai demi menjawab berbagai tantangan kepemiluan. Pemilihan kepala daerah serentak pertama yang diselenggarakan tahun ini adalah pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan “pesta rakyat” kedepan. *Vitto

Anggota Peneliti
Anggota Tim Peneliti pada tahun 2014 - 2017
Saat ini tidak lagi bekerja di Bengkel APPeK

Experience

Rebecca Norris is a full-time freelance writer living in the DC metro area who has worked in beauty editorial for seven years. Previously, she was the Beauty Editor for Brit + Co. She joined the Byrdie team as a nail expert in 2019 and contributes to a number of lifestyle publications. She is a graduate of George Mason University. There, she earned her B.A. in Media: Production, Consumption, and Critique, along with a minor in Electronic Journalism.

Education

Data Pendidikan disini. Selanjutnya ini hanya dummy. from George Mason University with a B.A. in Media: Production, Consumption, and Critique, along with a minor in Electronic Journalism.

Bengkel APPeK

www.BengkelAPPeK.org

Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung

Tentang Kami

Kami adalah Organisasi Berbadan Hukum, Perkumpulan Nirlaba yang Melakukan Fasilitasi dan Implementasi Langsung  dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Rentan, Perempuan, dan anak pada Komunitas Desa-Kelurahan, serta Pengembangan TKLD di Berbagai Level.

Alamat

Kantor Bengkel APPeK

Jalan Raya Baumata Penfui
Lingkungan Kampung Baru, RT 024/RW 011
Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang - Nusa Tenggara Timur

Email

bengkel.appek@gmail.com

Media Sosial Bengkel APPeK