Mahasiswa FISIP UNDANA Gelar Diskusi Bedah Buku di Bengkel APPeK, Tentang Pelayanan Publik dan Bantuan Luar Negeri
Details
By Naldo Jebadu
Naldo Jebadu
Hits: 11
Foto Diskusi Bedah Buku Mahasiswa Magang Fisip Undana Kupang
bengkelappek.org , Lima mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana (FISIP Undana) mengadakan diskusi buku bedah di kantor Bengkel APPeK dan di ikuti langsung oleh koordinator umum Bengkel APPeK, Vinsensius Bureni pada Selasa (11/11).
Kegiatan ini membahas dua topik utama, yaitu pemantauan pelayanan publik melalui Citizen Report Cards (CRC) dan pembahasan mengenai program bantuan Australia melalui AusAID.
Pada sesi pertama, Franklin membedah buku Citizen Report Cards : Pemantauan Pelayanan Publik Berbasis Masyarakat. Ia menjelaskan bahwa CRC merupakan metode berbasis warga untuk mengukur kualitas pelayanan publik melalui umpan balik langsung.
Diskusi semakin berkembang Ketika saudara Efraim Umbu Togola mengangkat pertanyaan mengenai cara mengatasi bentrokan antara sikap sensitif birokrasi dan laporan warga yang literasinya rendah.
Menangapi hal itu, peserta menyimpulkan bahwa pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan melalui pendampingan literasi, peningkatan transparansi izin, serta penerapan CRC yang melibatkan masyarakat untuk menjembatani informasi.
Pertanyaan lain datang dari saudari Anastasia Novita Pulurindu yang menyoroti alasan pelayanan publik yang berkualitas dianggap penting bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam diskusi, mahasiswa menegaskan bahwa pelayanan publik merupakan fondasi utama kesejahteraan, mencakup sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, hingga infrastruktur.
Sementara Anastasia Novita Pulurindu juga mempertanyakan pentingnya partisipasi warga dalam pemantauan layanan publik, dan peserta sepakat bahwa pelibatan warga dapat meningkatkan akuntabilitas, responsifitas, serta transparansi penyedia layanan.
Pada sesi kedua, Adriano Malo Kumaniren memimpin bedah buku mengenai Program AusAID, yaitu bantuan luar negeri Pemerintah Australia untuk mendukung pembangunan di Indonesia, khususnya pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan penguatan pemerintahan daerah.
Dalam sesi ini, saudara Franclyn Jibrael Bekak juga mengajukan pertanyaan tambahan mengenai tujuan dan fokus tiga program utama Australia, yaitu ACCESS, AIPD, dan ANTARA. Menanggapi pertanyaan tersebut, peserta menjelaskan bahwa Program ACCESS berfokus pada penguatan masyarakat sipil serta pemberdayaan LSM lokal; Program AIPD mendukung pemerintah daerah dalam perencanaan dan penyusunan anggaran agar lebih responsif; sedangkan Program ANTARA diarahkan untuk meningkatkan kapasitas daerah di kawasan Nusa Tenggara melalui kerja sama otonomi daerah yang lebih efektif.
Dalam sesi tanya jawab, Efraim Umbu Togola atau yang biasa disapa Uto kembali mengajukan pertanyaan terkait bagaimana memastikan agar bantuan Australia benar-benar mengakomodasi kebutuhan lokal dan bukan bentuk soft power geopolitik.
Diskusi menyimpulkan bahwa hal itu dapat dijamin melalui partisipasi masyarakat lokal, keterlibatan LSM, transparansi anggaran, serta Piagam Transparansi AusAID 2011 yang mewajibkan publikasi menyeluruh terkait pelaksanaan program.
Anastasia Novita Pulurindu kemudian mempertanyakan alasan Indonesia menjadi penerima terbesar Program AusAID. Peserta menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kebutuhan pembangunan terbesar di kawasan, wilayah yang luas, serta hubungan bilateral strategis dengan Australia. Dukungan Australia juga terarah ke wilayah timur seperti NTT, NTB, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara melalui program ACCESS, AIPD, ANTARA, dan MAMPU.
Pertanyaan juga muncul dari Aprilia S. Ose Hayon juga mempertanyakan Mengapa keterlibatan perempuan dianggap penting dalam proses pembangunan daerah dan pengambilan keputusan publik? Peserta menjelaskan bahwa Keterlibatan perempuan bukan sekadar masalah keadilan; ini juga meningkatkan kualitas kebijakan, efektivitas layanan publik, dan hasil pembangunan ekonomi. karena perempuan membawa perspektif, pengalaman, dan prioritas yang berbeda yang penting untuk merancang intervensi yang inklusif dan berkelanjutan.
Koordinator umum Bengkel APPeK, Vinsensius Bureni, menegaskan bahwa pentingnya peran perempuan dulu dalam mendorong partisipasi kelompok rentan. Ia juga mengatakan bahwa memastikan itu dulu mereka sampai merubah angaran dasar Bengkel APPeK karena dorongan-dorongan ini perempuan harus terlibat, perempuan harus jadi pemimpin, perempuan macam-macam, dasar dari dari itu semua ya ini program.
Para pelajar menilai bahwa program bantuan luar negeri harus dipantau dengan mekanisme yang transparan untuk memastikan dampaknya benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat. Mereka menekankan pentingnya evaluasi berkelanjutan agar bantuan tidak berhenti sebagai formalitas proyek, tetapi ikut memperbaiki kualitas hidup warga.
Kegiatan ini diapresiasi oleh peserta karena membuka ruang refleksi kritis bagi mahasiswa dalam memahami dinamika pelayanan publik serta hubungan internasional. Dengan diskusi seperti ini, mahasiswa berharap dapat menghubungkan teori akademik dengan realitas sosial dan juga mengambil peran dalam mendorong tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Aktif mendampingi dan melakukan kegiatan advokasi dengan masyarakat Kabupaten Kupang, Memiliki Spesialisasi di Bidang Pemantauan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Education
Menyelesaikan S1 Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Tahun 2018.
Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung
Tentang Kami
Kami adalah Organisasi Berbadan Hukum, Perkumpulan Nirlaba yang Melakukan Fasilitasi dan Implementasi Langsung dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Rentan, Perempuan, dan anak pada Komunitas Desa-Kelurahan, serta Pengembangan TKLD di Berbagai Level.
Alamat
Kantor Bengkel APPeK
Jalan Raya Baumata Penfui Lingkungan Kampung Baru, RT 024/RW 011 Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang - Nusa Tenggara Timur